Berdamai dengan Kenangan

Beberapa waktu lalu saya menemukan teman lama dari masa SMP--SMA di salah satu situs pertemanan. Dengan amat sangat bersemangat saya add dia menjadi teman saya. Satu hari, dua hari, seminggu, dua minggu, hampir satu bulan dia belum mengonfirmasi saya sebagai temannya. Iseng-iseng, saya lihat daftar temannya, hm...hanya satu teman yang menjadi mutual friend kami. Lalu, hanya ada seratusan temannya, dan ng...tidak ada teman kami semasa SMP dan SMA (kecuali satu orang tadi). Aneh, seingat saya ia dulu termasuk orang yang memiliki banyak teman.

Saya tahu ia memang berubah, bahkan cukup drastis. Ia berubah dari seorang laki-laki yang pokoknya banyak negatifnyalah, menjadi seorang laki-laki yang taat beribadah dan sudah menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan melanggar agama, yang pernah dilakukannya dulu.

Kemudian, saya teringat sesuatu, sejak dulu ia memang sulit berdamai dengan kenangan. Kenangan baginya adalah sesuatu yang harus dibuang jauh-jauh. Jika tidak dapat dibuang, setidak-tidaknya kenangan itu harus dimasukkan ke dalam peti yang dikubur di tempat yang tidak akan ia ingat lagi. Jadi, mungkinkah ia sengaja tidak mau lagi berhubungan dengan teman-teman SMP dan SMA kami karena mereka mengetahui seperti apa dirinya pada masa "jahiliyah"-nya? Entahlah...saya hanya menyayangkan karena ternyata setelah sekian tahun berlalu, ia belum juga dapat berdamai dengan kenangan.

2 komentar:

  1. Melupakan kejadian buruk pada masa lalu kan nggak berarti harus melupakan orang-orang yang berhubungan dengan masa lalu itu. Kenangan bukanlah sesuatu yang harus dijauhi begitu saja karena terkadang kenangan dapat memberi kita pelajaran berharga. :)

     
  2. Kenangan buruk terkadang harus didekati agar hilang rasa penasaran, sekaligus menghilangkan sifat traumatis yang berlebihan. :)