Pernah dengar, lihat, dan memakan arumanis atau gula-gula kapas?
Arumanis. Lembut, ringan, dan manis. Ketika kecil aku biasa menemukan arumanis itu di pasar malam atau di acara-acara yang banyak anak kecilnya. Selain momen itu, dulu arumanis jarang dapat kutemui di jalanan. Namun, aku sangat ingat bahwa di depan SD-ku dulu ada penjual arumanis. Penjual arumanis di depan SD itu tidak hanya membawa dagangan saja seperti yang akhir-akhir ini kulihat di jalanan, tetapi ia membawa alat sederhana untuk membuat langsung arumanis itu di tempatnya berjualan. Aku juga masih sangat ingat betapa Mang Penjual Arumanis itu seperti pesulap. :’) Dalam beberapa detik, gula pasir yang ia tuangkan ke alatnya berubah wujud menjadi kapas manis yang lembut. Sedikit sulit menjelaskan alat ajaib itu. Untunglah setelah mencari agak lama di beberapa laman, akhirnya aku menemukan gambar alat itu. Tampak sama dengan yang kulihat ketika SD. Wah, semakin lengkaplah kepingan kenanganku tentang arumanis. Hehehe.
Mesin ajaib si Mang Penjual Arumanis adalah semacam loyang yang tengahnya dilubangi dan dipasangi mesin kecil serupa kipas atau lempengan besi. Cara kerjanya begini, Mang Penjual Arumanis menuangkan satu sendok gula pasir ke alatnya. Ketika alat itu berputar, gula pasir di loyang perlahan tetapi pasti berubah menjadi serupa awan-awan gula tipis. Kemudian, dengan sebatang kayu kecil dan agak panjang, si Mang “menangkap” awan-awan gula hingga semua awan itu melekat di batang kayu tadi. Semakin lama semakin besar awan gula di batang kayu itu. Nah, jadilah arumanis berukuran kecil (dibandingkan yang biasa dijual di toko-toko atau di pasar malam). O iya, jumlah gula pasir yang dituangkan di alat itu mempengaruhi besar gula-gula kapas, jadi semakin banyak gula yang dituangkan tentu saja semakin besar gula-gula kapas itu. ;)
Menurutku arumanis yang kumakan ketika SD lebih tepercaya dibandingkan arumanis yang kutemui dan kumakan beberapa tahun terakhir. Arumanis yang banyak dipasarkan saat ini berwarna-warni, yaitu putih, pink muda, pink tua, ungu, sampai hijau. Sayangnya terkadang warnanya cukup mengerikan, yaitu pink ngejreng. Nah, kalau sudah begitu biasanya aku memilih warna putih, setidaknya tidak menggunakan pewarna. Namun, ternyata rasa arumanis itu agak pahit. Uh, mengerikan sekali. Tampaknya arumanis yang dijual di pasaran saat ini ada yang menggunakan pemanis buatan. Hiks, jadi agak trauma membeli arumanis yang seperti itu.
Arumanis yang jenis gula-gula kapas memang akhir-akhir ini jarang yang benar-benar enak seperti zaman dulu. Akan tetapi, arumanis jenis yang lain, yaitu yang kusebut gula-gula jerami (hehe), rasa dan penampilannya tidak berubah jauh sejak dulu sampai sekarang. Ya, jika yang tadi cocok disebut gula-gula kapas, arumanis jenis yang ini menurutku tepat sekali disebut gula-gula jerami. Hehehe. Warnanya yang krem-cokelat-keemasan dan teksturnya yang khas mengingatkanku akan jerami. Aromanya khas, manis, harum, dan sedikit beraroma hangus. Hoho.
Ingatan tentang arumanis jenis gula-gula jerami tidak akan pernah lepas dari ingatan tentang penjual mainan di lingkungan SD-ku dulu. Nama penjual mainan itu Mang Oleh. Ketika aku SD, usianya sudah 60-an tahun. Selain membawa beraneka ragam mainan, ia juga selalu membawa arumanis dalam kaleng bekas biskuit. Tidak lupa ia selalu membawa garpu untuk mengambil arumanis itu. Kupikir garpu itu semakin menguatkan bahwa arumanis itu adalah jerami. Hahaha. ;D
Saat ini arumanis termasuk dalam “makanan masa kecil” yang masih mudah ditemui. Gula-gula kapas pasti ada di acara yang diperkirakan banyak anak-anaknya, sedangkan gula-gula jerami selain (terkadang) masih dapat ditemui di penjual mainan yang mangkal di TK atau SD, dapat ditemui pula di supermarket-supermarket. Arumanis gula-gula jerami ini biasanya dijual dalam tangkupan dua senpe (semacam kerupuk tipis atau ... apa ya, susah menjelaskannya) atau dimasukkan dalam stoples plastik lengkap dengan senpe dan garpu kecil.
Hm ... ennaaak!! ;)
Posted in:
hal-hal manis
on
Kamis, 04 Februari 2010
at
di
20.56