Kotak Impian
Di salah satu titik terendahku, dengan perasaan tak menentu, kucari kotak impianku.
Rasanya ingin membongkar, memilah-milah impian, dan menata kembali impian-impian dalam kotak itu.
Tak sulit menemukan kotak impian itu karena aku cukup sering mengeluarkan lalu menyimpannya kembali di tempat yang baik.
Kupandangi kotak impianku.
Ada bekas jemariku di antara debu amat tipis yang ada di beberapa bagian penutup kotak itu, menandakan tidak terlalu lama sejak kali terakhir aku menyentuh dan membukanya.
Kupandangi satu per satu impian-impian dalam kotak itu.
Impian-impian itu adalah impian-impian yang kukumpulkan sejak SMA (ya, sebelum itu aku tidak benar-benar memiliki impian ^^). Impian-impian yang tidak terlalu banyak jumlahnya, tetapi selama ini selalu kurawat dengan baik dan kusayangi sepenuh hati.
Impian-impian itu beragam rupa dan bentuknya. Ada yang berpendar lembut dan menenangkan. Ada yang bersinar terang hampir menyilaukan. Ada yang sederhana bentuknya, tetapi warnanya indah dan ingin kupersembahkan suatu hari nanti kepada ibu dan ayahku. Ada yang seindah pelangi. Ada juga yang berpendar keemasan dan memiliki sepasang sayap kecil yang dapat mengepak ceria.
Kupandangi impian-impianku secara cermat.
Lho, mana impianku yang bersinar terang hampir menyilaukan?
Kuangkat impian-impian itu, kubolak-balik mereka, ah, di mana impian yang satu itu?
Hh ... ternyata impian itu ada. Sayangnya salah satu impian kesukaanku itu telah berubah rupa. Padahal, dulu impian itu adalah impian yang sangat menarik. Impian dengan sinar terang hampir menyilaukan itu selalu menerangi kotak impianku, menyelimuti impian-impianku yang lain. Namun, kini impian itu telah meredup dan kusam. Sedih rasanya, tapi entah mengapa aku tak bersemangat untuk mencoba mencucinya hingga tak kusam lagi, apalagi membawanya ke toko emas untuk menyepuhnya dengan emas hingga bersinar kembali.
Kuletakkan impian—yang pernah bersinar terang hampir menyilaukan—itu di telapak tanganku.
Aku ingin yang terbaik untuk impianku, impian yang bertahun-tahun kujaga baik-baik kilaunya.
Jika tetap kusimpan dalam kotak, apakah mungkin dapat bersinar kembali dengan sendirinya? Aku tak sampai hati membuangnya. Namun, apakah tukang loak mau menerimanya? Akhir-akhir ini, kan, tukang loak semakin selektif dalam memilih barang-barang bekas. >_<
Mm... mungkin sebaiknya kucari orang yang mau menerima impian layak pakai ini saja, ya.... Siapa tahu impianku ini dapat bermanfaat untuknya dan mungkin ia bisa membuat impian ini kembali bersinar terang hampir menyilaukan. ^^
Posted in: on Sabtu, 16 Oktober 2010 at di 22.21 1 komentar